Pernahkah kita membayangkan bagaimana rasanya menjadi buta? Pernahkah kita membayangkan apa yang bisa kita lakukan jikalau kita tidak lagi memiliki penglihatan yang sudah menemani kita selama bertahun-tahun masa hidup kita? Pernahkah terpikirkan bagaimana rasanya Anda melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan, berjalan, berinteraksi dengan teman atau keluarga jikalau Anda tidak bisa melihat? Jikalau kita seandainya mengalami buta untuk beberapa saat, apakah yang akan ada di benak kita saat itu? Mungkin dengan begitu kita akan mulai menghargai orang-orang yang mempunyai kekurangan, menghargai mereka yang tidak bisa melihat, dan mulai menghargai semua fungsi tubuh kita termasuk mata yang sudah berjasa besar dalam hidup kita? Berterima kasihlah saya pada satu tempat yang ada di Bandung yang bernama ‘Blind Café’. Tempat inilah yang mengajarkan saya bagaimana rasanya menjadi buta dan menghargai mereka yang buta.
Blind Café (rumah makan buta) bukan hanya sekedar nama saja, tetapi tempat makan ini memang dirancang khusus agar Anda tidak bisa melihat di kegelapan dan benar-benar seperti orang buta – tidak bisa melihat ketika Anda sedang makan. Tempatnya tidak terlalu besar dan gedungnya bernuansa cat hitam putih. Jika Anda sampai di depannya Anda akan melihat pintu kaca tembus pandang yang telah dipenuhi oleh coretan-coretan testimoni dari para pelanggannya yang pernah berkunjung ke tempat ini.
You must be logged in to post a comment.