Dari Pulau Hachijojima ke Aogashima


Pulau Aogashima

Perjalanan saya kali ini lumayan penuh tantangan. Tiba-tiba saja saya diajak Mr. Guide pergi ke pulau terpencil yang terletak di Selatan Jepang, lautan Pasifik. Nama pulau tersebut adalah Aogashima.

Selain tempatnya yg terpencil, pulau ini juga tidak mudah dikunjungi. Hal yang membuatnya susah sekali untuk dapat sampai di sana adalah dari faktor transportasi. Eits bukannya tidak ada transportasi yang menuju ke sana loh. Sebenarnya ada 2 pilihan transportasi untuk pergi ke sana, yaitu dengan naik ferry atau helikopter melalui rute pulau Hachijojima, hanya saja tidak semudah memesan tiket lalu bisa berangkat.Β  Loh kenapa? Alasannya adalah jika contoh kita memilih untuk naik Ferry, jadwal keberangkatan Ferry dari Hachijojima ke Aogashima sering kali dibatalkan karena cuaca buruk atau laut yang berombak. Tentu kalau begitu, sulit sekali bagi kita untuk mencocokan rencana perjalanan.

Nah memilih naik helikopter adalah pilihan yang tepat, karena sangat jarang jadwalnya dibatalkan. Akan tetapi kendalanya adalah pada saat reservasi helikopter yang tidak mudah. Helikopter hanya jalan satu kali dalam satu hari, dan hanya ada 9 tempat duduk penumpang saja. Reservasi bisa melalui website atau telepon langsung sebulan sebelum perjalanan, dan biasanya kalau tidak cepat, tiket akan segera habis setiap harinya. Jika memutuskan ingin berangkat dengan helikopter, cobalah memesan tiket melalui telepon pada pagi hari jam 9 pagi, walaupun peluang dapat tiketnya sangat kecil, siapa tahu kamu yang beruntung. 😁

Saya bergairah sekali ketika menyusun rencana perjalanan saya, sampai pas hari nya eh mau berangkat ke Haneda tiba-tiba cuaca hujan dari pagi hari 😒. Walaupun masih merasa positif bahwa segala sesuatunya akan berjalan lancar, eh tiba-tiba dapat kabar kalau pesawat menuju Hachijojima kemungkinan bisa dibatalkan. Wah kalau batal jalan bagaimana donk, si Mr Guide sudah kebingungan.

Dari pada galau gak jelas, akhirnya kita tunggu dengan iklas sambil sarapan makan roti yang dijual tepat di depan bangku ruang tunggu. Awalnya menurut rencana, kita bakal sarapan di lounge gratis hahaha, tetapi apa daya gak bisa masuk karena ketidakpastian jadwal keberangkatan pesawat. πŸ˜„

Buah kesabaran pun matang, pesawat yang akan kami tumpangi akhirnya jadi berangkat tepat waktu, dan kita cuma punya waktu 30 menit untuk check in dan sarapan di louge, OMG πŸ˜… ngebut donk kita makannya hahaha.

Duduk tenang di pesawat yang dikit banget penumpangnya. Awalnya pemandangan di luar biasa-biasa saja sampai pesawat naik ke atas dan eng ing eng tidak kelihatan apa pun dari luar jendela. Perjalanan 35 menit pertama masih oke, lancar dan santai masih bisa ngobrol-ngobrol dan bercanda. Sampai menit berikutnya pesawat sudah mulai goyang-goyang ga jelas, apalagi pas pesawat mau mendarat. Tidak tahan kepala pusing, perut tak jelas, pemadangan di luar juga tak jelas akhirnya jakpot (muntah) di dalam pesawat. Hahaha…. Sungguh menit-menit trakhir yang mendebarkan. πŸ˜‚πŸ˜‹

Bandara Hachijojima

Sesampainya di bandara Hachijojima kita bergegas cari mobil jemputan untuk menuju ke hotel, tapi karena tak pesan makan siang di hotel kita coba cari makan di dalam bandara. Ternyata di dalam bandara hanya ada satu restaurant, dan menunya pun sudah sebagian habis terjual. Akhirnya kami memutuskan untuk berangkat ke hotel dan makan siang di sana, tetapi ternyata untuk bisa makan di hotel kita harus reservasi sehari sebelumnya.πŸ˜” Dengan terpaksa karena lelah, akhirnya saya beli mie instan rebus buat menggantikan asupan yang sudah terbuang. HahahaπŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚

Malam harinya kami cari-cari tempat makan yang enak dengan budget sesuai kantong. Eh dapat satu tempat makan yang letaknya tidak jauh dari hotel, nama resto nya Michi. Untuk sampai ke sana kita tinggal pesan taksi dari hotel, memakan waktu perjalanan kurang lebih hanya 8 menit saja. Mungkin kalau cuacanya bagus kamu bisa sewa sepeda, karena biaya taksi untuk 1 kilometer pertamanya lumayan mahal sekitar 100 ribu rupiah.

Cuaca saat itu makin parah, selain turun hujan, angin juga bertiup sangat kencang. Sesampainya di dalam rumah makan Michi pun kita bisa mendengar suara angin yang bisa bikin bulu roma berdiri.πŸ˜–Rumah makan Michi ini tempatnya tidak besar, hanya ada 3 meja pengunjung dan beberapa bangku konter. Ada berbagai macam menu yang bisa kita pesan, dan harganya pun relatif terjangkau. Saya dan Mr. Guide memesan nasi goreng dan ikan bakar yang rasanya enak. Selain itu mereka juga menyediakan teh hangat dan wifi gratis loh.

Rumah makan Michi, pulau Hachijojima

Di pagi hari di Hachijojima walaupun hujan sudah berhenti, tetapi angin tetap bertiup dengan kencang. Ada kekhawatiran kalau-kalau jadwal helikopternya akan dibatalkan. Namun akhirnya kita dapat kabar kalau helikopternya akan berangkat sesuai jadwal.

Kami pun diantar oleh mobil hotel menuju bandara, dan berangkat dengan helikopter menuju Aogashima. Walaupun cuaca tidak begitu cerah, tetapi pemandangan di atas helikopter masih saja begitu memukau. Saya senang sekali punya kesempatan dan pengalaman pertama kalinya naik helikopter, walaupun ada rasa sedikit khawatir kalau-kalau saya mabok udara. πŸ˜‹

Sesampainya di Aogashima kami dijemput oleh pemilik penginapan di bandara dengan mobil dan tiba-tiba saja hujan turun dengan lebat. Di dalam mobil pemilik penginapan Onjuku Tametomo Inn ini mengabari kami kalau Ferry menuju Hachijojima besok tidak jalan, dan jadwal perjalanan selanjutnya pun belum bisa mendapatkan kepastian. Sudah tentu kami harus merubah rencana perjalanan kami saat itu. Sampai di penginapan, kami dibawa berkeliling melihat-lihat ruangan oleh ibu yang berkerja di sana. Penginapan Onjuku Tametomo ini cukup nyaman untuk tempati, selain bersih, fasilitasnya pun cukup lengkap. Ada TV, kulkas, AC dan wifi gratis. Ada beberapa toilet, satu ruang makan dan dua kamar mandi. Kita bahkan bisa membuat minuman seperti, teh atau kopi sesuka yang kita mau.

Seusai beristirahat dan menunggu hujan reda, kami pun berjalan keluar menjelajahi pulau Aogashima. Awalnya kita berencana menuju Otonbu, tetapi karena Mr. Guide salah liat jalan di Google Map, akhirnya kami nyasar jalan naik turun hampir mengelilingi separuh dari pulau Aogashima. Walaupun sedikit gemes sama si Mr. guide, tetapi pemandangan di luar sana begitu indah dan sayang untuk tidak dinikmati.

Pemandangan di pulau Aogashima

Di tengah-tengah kelelahan yang teramat sangat, ada seorang pekerja yang mobilnya melewati jalan kami, dan dengan baik hati menawari kami menumpang naik mobilnya untuk kembali ke penginapan. Wah bahagia sekali saat itu, selain menghemat waktu perjalanan, saya juga bisa mengistirahatkan kaki saya yang sudah mulai pegal. Kami pun sejenak balik ke penginapan dan melanjutkan penjalanan menuju Otonbu.

Bersambung ke artikel selanjutnya. Menjelajahi Otonbu di Aogashima.

Continue to the next writing Explore Otonbu in Aogashima.