AIR MANDI KOTOR (Kebersihan)


Pada suatu ketika, di sebuah kerajaan di India, seekor kuda yang paling bagus dibawa ke sungai untuk dimandikan. Tukang kuda membawanya ke kolam dangkal yang sama dimana mereka selalu memandikannya.

Tetapi sesaat sebelum mereka tiba, seekor kuda kotor telah mandi pada tempat yang sama. Kuda tersebut telah ditangkap dari luar kota dan belum pernah mandi dengan bersih sepanjang hidupnya.

Ketika kuda kerajaan menghirup udara, seketika dia mengetahui bahwa kuda liar yang kotor telah dimandikan di sini dan mengotori airnya. Sehingga dia menjadi jijik dan menolak untuk dimandikan di tempat itu.

Tukang kuda berusaha sekuat tenaga agar kuda kerajaan masuk ke air, tetapi tidak berhasil. Jadi mereka pergi kepada raja dan mengeluh bahwa kuda jantan kerajaan yang terlatih baik tiba-tiba menjadi keras kepala dan tidak dapat diatur.

Hal ini terjadi pada saat raja mempunyai seorang menteri yang pandai dan dapat mengerti binatang. Jadi Raja memanggilnya dan berkata, “Tolong pergi dan lihat apa yang telah terjadi pada kuda nomor satuku. Cari tahu apakah dia sakit atau alasan apa yang membuat dia menolak dimandikan. Dari semua kudaku, dia adalah satu-satunya kuda yang memiliki kualitas tinggi dan dia tidak akan membiarkan dirinya masuk ke tempat kotor. Pasti ada sesuatu yang salah.”

Kemudian menteri pergi menuju ke tepi sungai kolam permandian secepatnya. Dia menemukan bahwa kuda agung tidak sakit dan dalam keadaan sehat. Dia juga memperhatikan bahwa kuda agung berusaha menahan nafas. Kemudian dia menghirup udara dan mencium sedikit bau tidak sedap. Memeriksa lebih lanjut, dia menemukan bahwa bau tersebut berasal dari air kotor di kolam mandi. Jadi dia berpikir bahwa kuda lain yang sangat kotor pasti telah dimandikan di sana, dan kuda raja terlalu mencintai kebersihan untuk mandi di dalam air yang kotor.

Menteri bertanya kepada tukang kuda, “Apakah hari ini ada kuda lain yang telah dimandikan di tempat ini?” “Ada,” jawab mereka, “Sebelum kami sampai, seekor kuda liar telah mandi di sini.” Menteri berkata kepada mereka, “Tukang kuda, ini adalah kuda kerajaan yang menyukai kebersihan. Dia tidak mau mandi di air kotor. Jadi hal yang harus dilakukan adalah membawanya mandi ke hulu sungai tempat dimana airnya segar dan bersih, dan mandikan ia di sana”

Mereka mengikuti intruksi menteri dan kuda kerajaan mau mandi di tempat yang baru.

Menteri kembali ke kerajaan dan menceritakan hal yang telah terjadi. Dia berkata, “Anda benar yang mulia, kuda yang sangat bagus mempunyai kualitas tinggi sehingga dia tidak mau masuk ke dalam kotoran!”

Raja terpesona bahwa menterinya nampaknya mampu membaca pikiran seekor kuda. Sehingga Raja memberikannya hadiah yang sesuai.

Pesan moral: Binatang pun bahkan menghargai kebersihan.

Diterjemahkan oleh Heny, editor Selfy Parkit.

Sumber: Prince Goodspeaker – Buddhist Tales for Young and Old Volume 1, Stories 1-50

RUSA ANGIN DAN RUMPUT MADU (Keinginan yang Kuat Untuk Mencicipi)


Pada suatu ketika, raja Benares mempunyai seorang tukang kebun yang merawat kebun kesenangannya. Kadang-kadang binatang dari hutan terdekat masuk ke dalam kebun. Si Tukang kebun mengeluhkan hal ini kepada raja dan Raja berkata, “Jika kau melihat binatang aneh apa pun beritahu aku segera.”

Suatu hari, si Tukang kebun melihat sejenis rusa aneh jauh di ujung kebun. Ketika rusa itu melihat si Tukang kebun, ia lari secepat angin. Mereka adalah sejenis rusa yang langka. Mereka luar biasa takut. Mereka sangat mudah takut dengan manusia.

Si Tukang kebun mengatakan tentang rusa angin kepada raja. Raja meminta si tukang kebun, dapatkah ia menangkap binatang yang aneh itu. Si Tukang kebun menjawab, “Rajaku, jika kau dapat memberikanku beberapa madu lebah, aku bahkan dapat membawanya ke dalam istana!” Untuk itu raja memerintahkan agar si Tukang kebun diberikan madu lebah sebanyak yang ia inginkan.

Rusa angin istimewa ini senang makan bunga dan buah-buahan di dalam kebun kesenangan raja. Si Tukang kebun membiarkan dirinya dilihat oleh rusa itu sedikit demi sedikit. Jadi rusa angin itu tidak akan terlalu takut. Kemudian ia mulai melumuri madu di atas rumput di mana rusa angin biasa datang untuk makan. Merasa cukup yakin, rusa itu mulai memakan rumput yang dilumuri madu. Tak lama kemudian, ia memperkuat keinginan untuk mencicipi rumput madu ini. Keinginannya yang kuat membuat ia datang ke kebun setiap hari. Tak lama lagi, ia tidak akan makan yang lainnya.

Sedikit demi sedikit, si Tukang kebun menghampiri rusa angin lebih dekat dan lebih dekat. Awalnya rusa angin akan melarikan diri. Tetapi belakangan, ia kehilangan rasa takut dan mulai berpikir bahwa si Tukang kebun tidak membahayakan. Si tukang kebun menjadi lebih dan lebih bersahabat, artinya ia dapat membuat si rusa makan rumput yang dilumuri madu itu dari tangannya. Si Tukang kebun terus melakukan ini untuk beberapa waktu, dengan maksud untuk membangun keberanian dan kepercayaan si rusa.

Sementara itu, si Tukang kebun memiliki sederetan tirai-tirai yang terpasang, membuat jalan setapak yang lebar, dari jauh di ujung kebun kesenangan raja sampai ke istana raja. Dari dalam jalan setapak ini, tirai-tirai itu akan menjaga rusa angin agar tidak melihat siapa pun yang mungkin akan membuatnya takut.

Ketika semuanya disiapkan, si Tukang kebun mengambil sekantung rumput dan sebotol madu. Ketika rusa angin muncul, si Tukang kebun kembali memberikan makan melalui tangannya. Secara berangsur-angsur, ia menggiring si Rusa jantan dengan menggunakan rumput yang sudah dilumuri madu, sampai akhirnya rusa angin mengikutinya tepat menuju ke dalam istana. Suatu ketika di dalam istana, penjaga istana menutup pintu-pintu dan rusa angin terperangkap. Melihat banyak orang di istana, rusa angin tiba-tiba menjadi sangat takut dan mulai berlari berkeliling dengan sangat gila, beruasaha untuk melarikan diri.

Raja datang ke dalam ruangan itu dan melihat rusa angin yang dilanda kepanikan. Raja berkata, “Dasar rusa angin! Bagaimana bisa dia mengalami situasi seperti itu? Seekor rusa angin adalah binatang yang tidak akan kembali ke tempat di mana ia sudah banyak melihat manusia selama tujuh hari penuh. Biasanya, jika seekor rusa angin takut sekali di dalam suatu tempat khusus, ia tidak akan kembali lagi seumur hidupnya! Tetapi lihat! Bahkan seekor makhluk pemalu yang liar bisa diperbudak oleh keinginannya yang kuat untuk mencicipi sesuatu yang manis. Kemudian ia dapat dipikat ke tengah-tengah kota dan bahkan ke dalam istana.”

“Teman-temanku, guru-guru memperingatkan kita agar tidak terlalu melekat kepada tempat di mana kita tinggal, juga untuk segala sesuatu yang sudah berlalu. Mereka berkata bahwa menjadi terlalu melekat kepada kumpulan kecil teman-teman adalah keterikatan dan membatasi pandangan luas. Tetapi lihatlah betapa keinginan kuat yang sederhana terhadap rasa manis lebih berbahaya, atau sensasi rasa apa pun lainnya. Lihatlah bagaimana binatang indah yang pemalu ini terperangkap oleh tukang kebunku, dengan cara mengambil keuntungan dari keinginan kuatnya untuk mencicipi.”

Karena tak bermaksud untuk menyakiti si rusa angin. Raja melepaskannya ke hutan. Ia tak pernah kembali ke kebun kerajaan dan tidak pernah merindukan rasa dari rumput madu.

Pesan moral: Lebih baik makan untuk hidup, daripada hidup untuk makan.

Diterjemahkan oleh Selfy Parkit.

Sumber: Prince Goodspeaker – Buddhist Tales for Young and Old Volume 1, Stories 1-50

RAJA RUSA BANYAN



(Seri 1. Belas Kasihan)

Suatu ketika, seekor rusa yang cantik dan istimewa dilahirkan di dalam hutan dekat Benares, India Utara. Walaupun besarnya sama seperti seekor kuda jantan muda, tetapi ibunya mudah waktu melahirkannya. Ketika si rusa ini membuka matanya, kedua matanya sama cermelangnya seperti batu permata yang berkilauan. Mulutnya sama merahnya dengan buah berry hutan yang paling merah, kuku-kukunya sehitam bara gosok, tanduk kecilnya berkilauan seperti perak dan warnanya keemas-emasan bagai fajar di musim panas. Ketika ia tumbuh besar, sekawanan 500 rusa berkumpul di sekelilingnya dan ia menjadi dikenal sebagai Raja Rusa Banyan.

Sementara itu, tidak jauh, rusa jantan yang cantik lainnya dilahirkan, warnanya seperti emas yang sangat bagus. Lambat laun, kawanan 500 rusa yang terpisah datang mengikutinya dan ia dikenal sebagai Rusa Ranting.

Pada waktu itu Raja Benares sangat suka memakan daging rusa. Jadi ia secara rutin memburu dan membunuh rusa-rusa. Setiap kali ia berburu, ia pergi ke desa yang berbeda dan memerintahkan penduduk untuk melayaninya. Mereka harus menghentikan apa yang sedang mereka kerjakan, apakah membajak atau memanen padi atau apa pun, dan bekerja dalam pesta pemburuan raja.

Penduduk yang tinggal di desa itu merasa terganggu dengan hal ini. Mereka menanam sedikit tanaman, dan usaha lainnya juga hasil pendapatan menjadi berkurang. Jadi mereka datang bersama-sama dan memutuskan untuk membangun taman rusa yang besar untuk raja di Benares. Di sana raja bisa berburu sendiri, tanpa perlu memerintahkan pelayanan dari para penduduk desa.

Untuk itu para penduduk membangun sebuah taman rusa. Mereka membuat kolam-kolam genangan air, di mana rusa dapat minum, lalu menambahkan pohon-pohon dan rumput-rumput untuk mereka makan. Ketika semuanya sudah siap, orang-orang tersebut membuka gerbang dan pergi keluar menuju hutan-hutan terdekat. Mereka mengepung seluruh kawanan-kawanan rusa Banyan dan Ranting. Lalu dengan tongkat, senjata, dan suara gaduh yang dibuat, mereka mengiring semua rusa-rusa itu menuju perangkap taman rusa dan mengunci pintu gerbangnya dari belakang.

Setelah rusa-rusa tersebut sudah tenang, para penduduk pergi menemui raja dan berkata, “Panen dan pendapatan kami berkurang karena keperluan pemburuan Anda. Sebuah taman rusa yang aman dan menyenangkan, di mana Anda dapat berburu sendiri sesuka Anda. Tanpa perlu bantuan dari kami, Anda dapat menikmati keduanya, berburu dan makan daging rusa.”

Raja pergi ke taman rusa yang baru itu. Di sana, ia merasa senang melihat kawanan rusa yang sangat banyak. Ketika mengamati mereka, dua ekor rusa keemasan yang bagus sekali dengan tanduk yang besar dan tumbuh sempurna menarik perhatiannya. Karena raja mengagumi kecantikannya yang luar biasa, raja memberikan kebebasan kepada kedua rusa itu untuk tidak dijadikan target buruannya. Ia memerintahkan bahwa rusa-rusa itu harus benar-benar aman, tak ada yang dapat menyakiti atau membunuh mereka.

Sehari sekali raja akan datang dan membunuh seekor rusa untuk makan malamnya. Kadang-kadang, ketika ia terlalu sibuk, tukang masak istana yang akan melakukan pemburuan. Tubuh rusa itu kemudian akan dibawa ke tempat pemotongan untuk dipotong yang kemudian dipanggang.

Kapan pun rusa-rusa itu melihat busur dan panah, mereka panik, gemetar untuk hidup mereka. Mereka lari berkeliling secara beramai-ramai, beberapa dari mereka terluka dan banyak yang menderita karena kesakitan.

Suatu hari, kawanan Rusa Raja Banyan berkumpul mengelilinginya. Ia memanggil Rusa Ranting dan dua kawanan bergabung mengadakan pertemuan. Raja Rusa Banyan mengatakan kepada mereka, “Walaupun pada akhirnya, tak ada satu pun yang lolos dari kematian, penderitaan berkepanjangan yang tiada gunanya karena terluka dapat dicegah. Selama Raja hanya menginginkan daging dari seekor rusa setiap harinya, biarkan rusa itu dipilih oleh kita setiap harinya untuk menyerahkan dirinya ke balok pemotong. Satu hari dari kawananku dan hari berikutnya dari kawanan Rusa Ranting, kumpulan korban akan jatuh kepada satu rusa sekaligus.”

Rusa Ranting setuju. Mulai selanjutnya, rusa yang mendapat giliran, tanpa perlawanan, menyerahkan dirinya dan menaruh lehernya di atas balok. Tukang masak datang setiap harinya, membunuh dengan mudah korban yang sudah menunggu dan menyiapkan santapan daging rusa raja.

Suatu hari, giliran jatuh kepada seekor rusa betina yang sedang mengandung pada kawanan Rusa Ranting. Demi untuk menyelamatkan dirinya dan rusa lainnya begitu juga rusa yang belum dilahirkannya. Rusa betina ini menghadap kepada Rusa Ranting dan berkata, “Rajaku, aku sedang hamil. Biarkanlah aku tetap hidup sampai aku sudah melahirkan anakku. Kemudian kami akan memenuhi dua giliran dari pada hanya satu. Ini akan mengamankan satu giliran dan dengan demikian satu kehidupan untuk satu hari yang panjang.”

Rusa Ranting menjawab, “Tidak, tidak, aku tidak dapat mengubah peraturan-peraturan di tengah kekacauan dan menaruh giliranmu di atas yang lainnya. Kehamilan itu adalah milikmu, dan bayi itu adalah tanggung jawabmu. Sekarang tinggalkan aku.”

Setelah gagal dengan Rusa Ranting, ibu rusa yang malang ini pergi menemui Raja Rusa Banyan dan menjelaskan keadaan dirinya. Rusa Banyan menjawab dengan lembut, “Pergilah dengan damai. Aku akan mengganti peraturan-peraturan di tengah kekacauan dan menaruh giliranmu di atas yang lainnya.” Kemudian Raja Rusa pergi ke balok eksekusi, meletakan leher keemasannya di atas balok itu.

————————————————————–

Kesunyian menyelimuti taman rusa itu, dan beberapa yang menceritakan cerita ini bahkan berkata, kesunyian itu bahkan menyelimuti alam-alam lain yang tidak terlihat dari sini.

————————————————————–

Tak lama kemudian tukang masak kerajaan datang untuk membunuh rusa yang bersedia dikorbankan di atas balok. Tetapi ketika ia melihat korban itu adalah salah satu dari dua rusa emas yang telah diperintahkan raja untuk dikecualikan, si tukang masak itu takut untuk membunuhnya. Jadi, ia pergi dan memberitahu Raja Benares.

Raja terkejut, untuk itu ia pergi ke taman. Ia berkata kepada rusa keemasan yang masih terbaring di atas balok, “Oh Raja Rusa. Apakah aku tidak berjanji untuk menyelamatkan hidupmu? Apa alasanmu untuk datang ke sini seperti rusa-rusa lainnya?”

Raja Rusa Banyan menjawab, “Oh Raja manusia, saat ini seekor rusa betina yang hamil tidak cukup beruntung menjadi rusa yang akan mati. Dia memohon kepadaku untuk menyelamatkannya, demi rusa-rusa lainnya seperti juga bayinya yang belum dilahirkan begitu juga demi dirinya sendiri. Aku tidak dapat membantunya, tapi aku merasakan diriku berada di posisinya dan merasakan penderitaannya. Aku tidak dapat membantu, hanya menangis, berpikir si rusa kecil tidak akan pernah melihat senja, tidak akan pernah merasakan embun. Aku juga tidak dapat memaksakan kesakitan dari kematian kepada rusa lainnya yang merasa lega bahwa hari ini bukanlah gilirannya. Untuk itu, Raja yang kuat, aku memberikan hidupku demi rusa betina dan anaknya yang belum lahir. Dijamin tidak ada alasan lainnya.”

Raja benares diliputi kegembiraan. Kegembiraan yang sangat kuat seperti dirinya, air mata jatuh di pipinya. Lalu dia berkata, “Oh… Raja yang hebat, Raja Rusa Keemasan, bahkan di tengah-tengah manusia, aku belum pernah melihat seperti kau! Betapa kasih sayang yang besar, berbagi di dalam penderitaan makhluk lain! Betapa kemurahan hati yang besar, memberikan hidupmu untuk yang lain! Betapa kebaikan hati yang besar dan cinta yang lembut untuk semua kawanan rusamu. Berdirilah! Aku putuskan bahwa kau tidak akan pernah dibunuh olehku atau siapa pun di dalam kerajaanku, dan begitu juga si rusa betina dan anaknya.”

Tanpa mengangkat kepalanya, si rusa keemasan berkata, “Apakah hanya kami yang diselamatkan? Bagaimana dengan rusa lainnya yang ada di dalam taman, teman-teman dan keluarga kami?” Raja berkata, “Rajaku, aku tidak dapat menolakmu. Aku menghadiahkan keamanan dan kebebasan untuk semua rusa yang ada di dalam taman.” Lalu bagaimana dengan rusa-rusa yang berada di luar taman, akankah mereka dibunuh?” Tanya Banyan. “Tidak. Rajaku. Aku menyelamatkan semua rusa-rusa yang berada di dalam seluruh kerajaanku.”

Si rusa keemasan tetap tidak mengangkat kepalanya. Ia memohon, “Jadi rusa-rusa akan aman. Tetapi bagaimana dengan binatang berkaki empat lainnya?” “Rajaku, mulai dari sekarang mereka juga akan aman di negeriku.” “Dan bagaimana dengan burung-burung? Mereka juga ingin hidup.” “Iya, Rajaku, burung-burung juga akan diamankan dari kematian tangan-tangan manusia.” “Lalu bagaimana dengan ikan-ikan yang hidup di dalam air?” “Bahkan ikan akan bebas untuk hidup, Rajaku.” Setelah berkata, Raja Benares melarang berburu dan membunuh semua binatang di negerinya.

Setelah memohon untuk kehidupan semua makhluk-makhluk, makhluk yang hebat itu berdiri.

(Bagian 2. Ajaran)

Di luar dari rasa belas kasih dan terima kasih, Raja Rusa Banyan makhluk yang tercerahkan mengajarkan Raja Benares. Ia menasihati Raja untuk menempuh 5 tahap pelatihan, dengan maksud untuk mensucikan pikirannya. Ia menjelaskan pelatihan itu dengan berkata, “Ini akan bermanfaat bagimu, jika kau melepaskan lima perbuatan yang tidak berfaedah seperti:

–          Melakukan pembunuhan, ini bukanlah belas kasih

–          Mengambil yang tidak diberikan, ini bukanlah kemurahan hati

–          Melakukan tindakan asusila, ini bukanlah cinta kasih dan kebaikan hati

–          Berbicara yang tidak sebenarnya, ini bukanlah kebenaran

–          Hilang kesadaran karena minuman keras, ini mengarahkan kepada pelanggaran keempat tahap awal.”

Kemudian Raja Rusa Banyan menasihati Raja untuk melakukan perbuatan-perbuatan berfaedah, yang akan membawa kebahagiaan di dalam kehidupan ini dan alam selanjutnya. Lalu ia dan kedua kawanannya kembali ke hutan.

Ketika waktunya tiba, si Rusa betina yang hamil, yang telah tinggal bersama kawanan Rusa Banyan, melahirkan seekor anak rusa. Anak rusa itu sama indahnya dengan teratai mekar yang diberikan sebagai sebuah persembahan kepada dewa.

Ketika anak rusa itu sudah tumbuh menjadi seekor rusa jantan muda, ia mulai bermain dengan kumpulan Rusa Ranting. Melihat hal ini, ibunya berkata kepada anaknya, “Lebih baik hidup dengan umur pendek dengan makhluk yang memiliki kasih sayang yang besar daripada hidup dengan umur panjang dengan makhluk yang biasa-biasa saja.” Setelah itu, anaknya hidup dengan bahagia di kawanan Raja Rusa Banyan.

Satu-satunya yang hidup dengan tidak bahagia adalah petani-petani dan penduduk kerajaan. Dengan diberikan kebebasan secara penuh oleh Raja, rusa-rusa mulai memakan hasil-hasil panen petani tanpa rasa takut. Mereka bahkan memakan rumput yang ada di dalam kebun sayur-mayur penduduk dan di dalam kota Benares sendiri.

Untuk itu para penduduk melakukan protes kepada raja dan meminta ijin untuk membunuh setidaknya beberapa ekor rusa sebagai peringatan. Tetapi raja berkata, “Aku sendiri sudah menjanjikan kebebasan sepenuhnya kepada Raja Rusa Banyan. Aku akan menyerahkan tahtah sebelum aku akan melanggar kata-kataku kepadanya. Tidak ada satu pun yang boleh melukai seekor rusa!”

Ketika Raja Rusa Banyan mendengar hal ini, ia berkata kepada semua rusa, “Kau seharusnya tidak memakan hasil panen milik orang lain.” Dan ia mengirim pesan kepada para penduduk. Selain meminta untuk membuat pagar pembatas, ia juga meminta mereka untuk mengikat sekumpulan daun-daun sebagai batas di sekeliling ladang mereka. Hal ini memulai kebiasaan orang India untuk menandai ladang-ladang dengan mengikat daun-daun, cara ini sudah melindungi mereka dari rusa sampai saat ini pun.

Keduanya, Raja Rusa Banyan dan Raja Benares menjalani hidup mereka dalam kedamaian, meninggal dan dilahirkan sebagaimana layaknya perbuatan mereka.

Pesan moral: Di mana pun berada, belas kasih adalah sebuah tanda dari kejayaan.

Diterjemahkan oleh Selfy Parkit.

Sumber: Prince Goodspeaker – Buddhist Tales for Young and Old Volume 1, Stories 1-50

PANGERAN KESERATUS (Patuh Kepada Seorang Guru yang Bijaksana)


Suatu ketika, ada seorang raja yang mempunyai seratus anak laki-laki. Anaknya yang termuda, yang keseratus bernama Pangeran Gamani. Dia sangat penuh semangat, sabar dan baik hati.

Semua para pangeran akan dikirim untuk belajar pada para guru. Pangeran Gamani, walaupun ia berada diurutan ke seratus dalam tahta, ia cukup beruntung mendapatkan guru yang terbaik. Ia mendapatkan seorang guru yang paling banyak belajar dan paling bijaksana dari guru-guru lainnya. Guru itu bagaikan seorang ayah bagi Pangeran Gamani, yang disukai, hormati dan dipatuhinya.

Pada saat itu, sudah menjadi kebiasaan untuk mengirimkan setiap pangeran-pangeran terpelajar ke daerah yang berlainan. Di sana dia akan mengembangkan negeri itu dan orang-orangnya. Ketika Pangeran Gamani sudah cukup dewasa untuk tugas ini. Ia pergi menemui gurunya dan bertanya daerah mana yang harus dia minta. Gurunya berkata, “Jangan memilih daerah mana pun. Akan tetapi, katakan kepada Raja, ayahmu, bahwa jika ia mengirimmu, anaknya yang ke seratus keluar ke suatu daerah, tidak akan ada anak laki-laki yang tersisa untuk melayaninya di dalam kota tempat tinggalnya sendiri.” Pangeran Gamani mematuhi gurunya dan membantu ayahnya dengan kebaikan dan kesetiaannya.

Kemudian pangeran itu menemui kembali gurunya dan bertanya, “Pelayanan bagaimana yang paling baik yang dapat aku berikan kepada ayahku dan rakyat di dalam ibu kota ini?” Guru yang bijaksana itu menjawab, “Mintalah kepada Raja untuk membiarkanmu menjadi salah satu orang yang mengumpulkan bayaran dan pajak-pajak dan bagikan keuntungannya kepada rakyat. Jika Raja menyetujuinya, maka embanlah tugasmu itu secara jujur dan adil, dengan kekuatan dan kebaikan.”

Sekali lagi pangeran mengikuti nasihat dari gurunya. Karena percaya kepada anak laki-lakinya yang ke seratus, raja senang menugaskan pekerjaan-pekerjaan ini kepadanya. Ketika pangeran pergi keluar untuk melakukan tugas yang sulit yaitu mengumpulkan tagihan dan pajak-pajak, pangeran muda itu selalu ramah, adil dan taat aturan. Ketika ia membagikan makanan kepada yang lapar dan barang-barang kebutuhan lainnya kepada yang membutuhkan, ia sangat murah hati, baik dan simpatik. Tak lama kemudian, Pangeran keseratus dihormati dan disayangi oleh rakyat.

Akhirnya, sebelum raja meninggal, menteri kerajaannya menanyakan siapa yang harus menjadi raja selanjutnya. Saat itu raja berkata bahwa keseratus anaknya punya hak untuk menjadi raja. Keputusan ini harus diserahkan kepada rakyat.

Setelah raja meninggal, seluruh rakyat setuju untuk menjadikan pangeran keseratus menjadi raja selanjutnya. Karena kebaikannya, rakyat menobatkan dia sebagai Raja Gamani yang berbudi.

Ketika kesembilan puluh sembilan saudara laki-lakinya mendengar kejadian ini. Mereka berpikir kalau mereka sudah dihina. Dipenuhi oleh kemarahan dan kecemburuan, saudara-saudaranya itu menyiapkan peperangan. Mereka mengirim pesan kepada Raja Gamani dengan berkata, “Kami semua adalah saudara tuamu. Negara tetangga akan menertawakan kami, jika kami diperintah oleh pangeran keseratus. Serahkan kerajaan atau kami ambil alih dengan peperangan!”

Setelah Raja Gamani menerima pesan ini. Raja Gamani menyampaikan hal ini ke gurunya yang bijaksana dan memintanya nasehat.

Guru yang lembut dan terhormat ini adalah tumimbal lahir Bodhisattwa. Dia berkata, “Katakan kepada mereka kalau kau menolak untuk berperang melawan saudara-saudaramu. Katakan kepada mereka kau tak akan membantu mereka membunuh orang-orang tak bersalah yang sudah kau kenal dan cintai. Katakan kepada mereka, sebaliknya kau sedang membagi kekayaan raja di antara seratus pangeran-pangeran. Kemudian kirimkan masing-masing dari porsi mereka.” Sekali lagi Raja menghormati dan menuruti nasihat gurunya.

Sementara itu, sembilan puluh sembilan pangeran-pangeran yang lebih tua sudah membawa sembilan puluh sembilan pasukan-pasukan kecil mereka untuk mengepung ibu kota istana. Ketika mereka menerima pesan raja dan porsi-porsi kecil dari harta kekayaan istana, mereka mengadakan pertemuan. Mereka memutuskan bahwa setiap porsi itu terlalu kecil bahkan hampir tidak berarti. Oleh sebab itu, mereka tidak menerimanya.

Tetapi kemudian mereka menyadari bahwa sama halnya jika mereka memerangi Raja Gamani dan kemudian dengan satu sama lainnya, kerajaan itu sendiri akan dibagi menjadi bagian kecil porsi yang tak berharga. Setiap bagian kecil dari satu kerajaan yang sangat besar akan menjadi lemah dihadapan negara yang tidak bersahabat mana pun. Jadi mereka mengirim kembali porsi-porsi mereka dari harta kekayaan istana sebagai tawaran perdamaian, dan menerima pemerintahan dari Raja Gamani.

Raja merasa senang dan mengundang saudara-saudara laki-lakinya ke istana untuk merayakan perdamaian dan persatuan kerajaan. Dia menjamu mereka dengan cara yang paling sempurna, dengan kemurahan hati, komunikasi yang menyenangkan, menetapkan intruksi demi kebaikan mereka dan memperlakukan semua dengan kebaikan yang sama.

Dengan begitu Raja dan 99 pangeran menjadi lebih dekat sebagai sahabat daripada sebelumnya ketika mereka sebagai saudara. Mereka kuat dengan dukungan satu sama lain. Hal ini diketahui oleh seluruh negara-negara sekitarnya, jadi tak ada satu pun negara yang mengancam kerajaan dan rakyatnya. Setelah beberapa bulan, 99 saudara-saudara itu kembali ke daerahnya masing-masing.

Raja Gamani yang berbudi mengundang gurunya yang bijaksana untuk tinggal di istana. Ia menghadiahkan dengan kekayaan yang berlimpah dan banyak hadiah-hadiah. Ia mengadakan perayaan untuk guru yang dihormatinya, dengan mengatakan kepada seluruh orang yang hadir di istana, “Aku, yang dulu adalah pangeran keseratus, di antara seratus pangeran yang berkompeten. Berhutang seluruh kesuksesanku, kepada nasihat bijaksana dari guruku yang murah hati dan pengertian. Demikian juga, semua yang mengikuti nasihat guru mereka yang bijaksana akan memperoleh kemakmuran dan kebahagiaan bahkan kesatuan dan kekuatan dari kerajaan, kami berhutang kepada guruku yang tercinta.”

Kerajaan menjadi makmur di bawah kemurahan hati dan pemerintahan dari Raja Gamani yang berbudi.

Pesan moral : Seseorang dihadiahi seratus kali lipat selama mengikuti nasehat dari seorang guru yang bijaksana.

Diterjemahkan oleh Selfy Parkit.

Sumber: Prince Goodspeaker – Buddhist Tales for Young and Old Volume 1, Stories 1-50

PEMBUAT HARGA KERAJAAN (Kebodohan)


Dahulu kala nun jauh di sana, ada seorang raja yang memerintah di Benares, India Utara. Salah satu seorang mentrinya dipanggil dengan sebutan seorang pembuat harga dan dia adalah seorang pemuda yang jujur. Pekerjaannya adalah mengatur harga yang adil untuk sesuatu apa pun yang ingin raja beli atau jual.

Dalam beberapa kesempatan, raja tidak menyukai harga yang dia buat. raja tidak mendapatkan keuntungan yang diinginkan. Raja tidak mau membiayai lebih mahal dari apa yang ia beli atau jual untuk apa yang menurutnya tidak cukup mahal atau sebaliknya. Jadi raja memutuskan untuk mengganti si pembuat harga.

Suatu hari raja melihat seorang pemuda yang tampan dan raja berpikir “Orang ini akan cocok mengantikan posisi pembuat hargaku.” Jadi raja memecat pembuat harga yang jujur itu dan menunjuk si pemuda menggantikannya. Pemuda itu berpikir, “Aku harus membuat Raja senang yaitu membeli dengan harga-harga yang sangat murah dan menjual pada harga-harga yang paling tinggi.” Jadi si pemuda ini membuat harga-harga yang tidak masuk akal, tanpa mempedulikan sama sekali apa pun yang berharga. Hal ini menguntungkan uang yang banyak dan membuat raja yang serakah itu sangat senang. Sementara itu, semua orang termasuk pejabat raja lainnya dan rakyat-rakyat biasa yang bertransaksi dengannya menjadi sangat tidak senang.

Kemudian pada suatu hari seorang pedagang kuda tiba di Benares dengan 500 kudanya untuk dijual. Kuda-kuda itu terdiri dari kuda jantan, kuda betina dan anak kuda jantan. Raja mengundang pedagang itu ke kerajaan dan memanggil pembuat harga kerajaannya itu untuk menentukan harga bagi 500 kuda-kuda tersebut. Si pembuat harga yang hanya berpikir bagaimana membuat raja senang berkata, “Seluruh kawanan kuda-kuda ini berharga satu mangkuk nasi.” Untuk itu raja memesan satu mangkuk nasi untuk dibayarkan kepada si Pedagang kuda dan semua kuda-kuda itu dibawa ke kandang kerajaan.

Tentu saja pedagang kuda amat marah, tetapi saat itu dia tidak dapat berbuat apa-apa. Kemudian pedagang kuda ini mendapat informasi tentang pembuat harga raja terdahulu yang memiliki reputasi sebagai orang yang jujur dan adil. Jadi si Pedagang mendatanginya dan mengatakan apa yang sudah terjadi. Si Pedagang ingin mendengarkan saran dari si pembuat harga dengan maksud mendapatkan harga yang pantas dari raja. Si Pembuat harga yang terdahulu berkata, “Jika kau melakukan apa yang aku katakan, raja akan diyakinkan mengenai nilai sesungguhnya dari kuda-kuda itu. Kembalilah kepada pembuat harga itu dan puaskan dia dengan hadiah barang-barang yang berharga. Minta dia untuk mengatakan nilai dari semangkuk nasi di hadapan raja. Jika si Pembuat harga itu setuju, temui dan beritahu aku, aku akan pergi bersamamu menemui raja.”

Mengikuti nasehat ini, si Pedagang pergi menemui si Pembuat harga dan memberikannya hadiah yang berharga. Hadiah itu membuatnya sangat senang, dengan begitu si Pembuat harga ini menghargai si Pedagang kuda. Lalu si Pedagang kuda berkata kepadanya, “Saya sangat senang dengan penilaian berharga Anda, bisakah Anda meyakinkan Raja tentang harga dari satu mangkuk nasi?” Si pembuat harga yang bodoh berkata, “Mengapa tidak? Saya akan menjelaskan harga dari satu mangkuk nasi, bahkan di hadapan Raja.”

Jadi si Pembuat harga yang bodoh ini berpikir kalau si Pedagang kuda merasa puas dengan semangkuk nasinya. Dia mengatur pertemuan lainnya dengan raja, sebelum si Pedagang bergegas meninggalkan negaranya. Si Pedagang melapor kembali kepada si Pembuat harga yang terdahulu dan mereka pergi bersama-sama menemui raja.

Semua menteri-menteri raja dan lengkap dengan orang-orang istana berkumpul di ruang pertemuan kerajaan. Si penjual kuda berkata kepada raja, “Raja ku, saya mengerti bahwa di negara Anda seluruh kumpulan 500 ekor kuda saya dihargai dengan semangkuk nasi. Sebelum saya kembali ke negara saya, saya ingin tahu nilai dari semangkuk nasi di negara Anda.” Sang Raja menoleh kepada si Pembuat harga kerajaannya dan berkata, “Apa nilai untuk semangkuk nasi?”

Si Pembuat harga yang bodoh itu, dengan tujuan menyenangkan hati raja, yang sebelumnya sudah menghargai sekumpulan kuda-kuda dengan satu mangkuk nasi. Sekarang, setelah menerima suap dari si Pedagang kuda, ia ingin menyenangkan si Pedagang kuda juga. Jadi si Pembuat harga menjawab pertanyaan Sang Raja dengan sikap yang paling menghargai, “Dengan hormat, satu mangkuk nasi seharga dengan kota Benares, bahkan termasuk dengan tempat kediaman selir raja, sama halnya dengan bagian pinggiran kota. Dengan kata lain, semangkuk nasi seharga dengan seluruh kerajaan Benares!”

Ketika mendengar hal ini, seluruh menteri kerajaan dan orang-orang bijaksana yang hadir di ruang pertemuan mulai tertawa terbahak-bahak, menepuk-nepuk orang di sebelah mereka. Ketika mulai sedikit tenang, mereka berkata, “Sebelumnya kita mendengar bahwa kerajaan tak ternilai harganya, sekarang kita mendengar bahwa seluruh Benares berikut istana dan rumah-rumah besarnya dihargai hanya dengan semangkuk nasi! Keputusan dari pembuat harga kerajaan sangat aneh! Di mana yang mulia menemukan orang semacam itu? Ia baik hanya untuk menyenangkan hati Raja dan juga si Pedagang kuda, tidak untuk memberikan harga yang pantas untuk si Pedagang yang menjual kuda-kudanya dari satu negara ke negara lain.”

Ketika mendengar gelak tawa di seluruh ruangan istana dan kata-kata dari para menteri juga para penasihatnya. raja merasa malu. Dengan begitu raja membawa kembali si Pembuat harganya yang terdahulu ke posisi jabatannya semula. raja menyetujui harga baru yang layak untuk sekumpulan kuda-kuda yang ditentukan oleh si Pembuat harga yang jujur. Setelah mendapatkan sebuah pembelajaran, raja dan kerajaannya hidup dengan adil dan makmur.

Pesan moral: Kebodohan dalam jabatan yang tinggi dapat membawa rasa malu, bahkan untuk seorang raja.

Diterjemahkan oleh Selfy Parkit.

Sumber: Prince Goodspeaker – Buddhist Tales for Young and Old Volume 1, Stories 1-50