Menjelajahi Otonbu di Aogashima


by Selfy parkit

Setelah sampai di penginapan dan beristirahat sejenak. Kami pun bersiap untuk kembali menuju tujuan awal, Otonbu.

Kali ini si Mr. Guide tidak salah jalan, kami akhirnya menemukan penanda jalan menuju Otonbu di antara persimpangan jalan.

Setelah beberapa menit, terdapat simpang berikutnya, ditandai oleh jinja (symbol pada agama Shinto). Jalan menuju ke Otonbu tidak begitu terjal ketimbang arah menuju kuil yang terletak di sisi kiri jinja tersebut. 

Kami pun jalan menyusuri jalan setapak satu-satunya menuju Otonbu. Di sisi kiri jalan sudah bisa terlihat kaldera di tengah pulau Aogashima, namun terlihat kabur tertutupi kabut yg begitu tebal. 

Tak lama setelah itu, saya melihat beberapa anak tangga naik yang menandakan bahwa kami telah sampai di Otonbu. 

Otonbu adalah titik tertinggi di pulau Aogashima, tempat di mana kita bisa melihat kaldera dan bahkan pulau Hachijojima dari kejauhan jika cuaca cerah.  Saat kami sampai di sana, kabut tebal tidak turun jua dan angin dingin yang menerpa wajah kami membuat saya mengigil.

Setelah menunggu hingga beberapa menit dan berharap kabut untuk segera pergi, namun tak membuahkan hasil. Akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke area lain di mana kami masih bisa melihat kaldera dengan jelas dan berharap ada kesempatan cuaca akan berubah cerah.

Kami pun melanjutkan perjalanan ke Oyamatenbo Park melalui jalur Todaisho Shrine yang jalannya sangat menanjak, terjal dan licin. 

Track menuju Todaisho Shrine

Oyamatenbo Park ini adalah tempat observasi di mana kamu bisa melihat germelap bintang-bintang di malam hari dan juga kaldera yang ada di Aogashima.

Perjalanan menuju Oyamatenbo park cukup menegangkan dan pemandangan di sana sangat luar biasa indahnya, seakan kami sedang berpetualang di negeri dongeng.

Sesampainya di Oyamatenbo park, “keajaiban” pun tiba-tiba terjadi, angin meniup seluruh kabut dan matahari sore mulai mengintip di kejauhan, kaldera di tengah kaldera pulau Aogashima pun terlihat begitu jelas dan indah. 

Kaldera di pulau Aogashima

Setelah puas menikmati indahnya alam di Aogashima, tak terasa hari mulai sore dan matahari akan terbenam dalam hitungan jam. Kami pun kembali ke penginapan Onjuku Tametomo Inn. 

Di Aogashima hanya ada beberapa penginapan, sekitar 5 atau 6 tempat saja dan harganya pun masing-masing tidak jauh berbeda. Pemilik penginapan Onjuku Tametomo ini adalah seorang perempuan yang baik hati dan ramah. Namanya Okuyama Kyoko, beliau juga merangkap bekerja sebagai petugas kantor pos di pulau Aogashima. 

Kyoko adalah penduduk asli yang lahir di Aogashima, kakek buyutnya bahkan sudah lama tinggal di Aogashima. Ketika ditanya bagaimana kesannya tinggal di pulau terpencil, Okuyama Kyoko memberikan saya jawaban yang sangat inspiratif. Beliau mengatakan bahwa hidup di pulau terpencil memang tidaklah mudah, ada ketidaknyaman nya sendiri, seperti lamanya barang kiriman yang sampai dikarenakan kapal yang kadang kala tidak bisa jalan dikarenakan kondisi ombak laut. Akan tetapi asalkan kebutuhan akan listrik, air dan komunikasi terpenuhi, semua tentu tidak ada masalah, justru ada banyak hal yang patut disyukurinya. Seperti halnya menunggu barang kiriman, ketika barang itu bisa sampai saja beliau merasa begitu bahagia. Keikhlasan menunggu baginya merupakan hal yang sangat penting, mengingat zaman sekarang orang-orang kecenderungan maunya serba instan. “Justru karena tidak mudah hati kita jadi lebih berkelimpahan dan bersyukur. ” begitu katanya. 

Setelah berbincang dengan si pemilik penginapan, kami pun beranjak tidur dan menunggu esok hari untuk kembali ke pulau Hachijojima dengan helikopter dikarenakan kapal ferry esok hari tidak akan jalan. 

Selamat tinggal Aogashima, saya akan merindukan derap kehidupanmu yang damai dan santai berserta penduduknya yang ramah. 

 

Aogashima, 9 Maret 2020

https://youtu.be/leSSg5YGnZA

Leave a comment